Apa buktinya kalo kamu cinta kepada ortumu? Kamu pasti dengan mudah
akan menjawabnya: “aku akan tunjukkin dengan taat kepada mereka,
menghormati mereka, dan melakukan apa yang diperintahkan mereka.” Yup,
itu tanda cinta. Seseorang yang mencintai seseorang lainnya akan mudah
untuk berusaha menunjukkan bukti kecintaannya dengan perilaku yang
menyenangkan bagi yang dicintainya. Itu sebabnya, tanda cinta itu
penting jika kita memang menghargai apa yang kita cintai. Tapi tanda
cinta tak lagi begitu penting ketika cinta tak lagi menjadi bagian yang
kita hargai. Semua tergantung cara pandang kita.
Jujur saja sobat, cerita bertabur keromantisan sering membuat kita
bertenaga. Hidup rasanya dapat tambahan darah segar. Nafas baru dan
semangat menggelora. Rasa-rasanya dunia adalah milik kita, yang sedang
dimabuk cinta dan dibakar api asmara. Kita jadi ngedadak ‘lupa diri’,
dan kita menjadikan orang yang kita cintai sebagai dewi or pangeran
pujaan hati. Kita bersedia berkorban dan menjadi bagian dari hidupnya.
Sehari saja tak jumpa dan komunikasi, rasanya hati kita jadi dingin dan
beku. Tapi, ketika rindu itu terpuaskan, dinding es yang kokoh
menyelimuti hati kita pun perlahan mencair (suit..suit.. swiiw!)
Saking terpengaruhnya dengan cerita Romeo and Juliet, waktu
SMP saya sering berkhayal bisa bacain puisi hasil karya saya (yang
seadanya itu) di bawah jendela kamar rumah teman wanita saya. Tapi, itu
nggak terjadi, karena cuma khayalan belaka. Bang Boim Lebon, pengarang
serial Lupus Kecil waktu sama-sama ‘manggung’ dengan saya pernah cerita kepada peserta bedah buku Jangan Nodai Cinta
bahwa ketika doi SMA sempat pdkt ke lawan jenis dengan menjatuhkan sapu
tangan. Ya, seperti di film-film percintaan, gitu. Padahal sapu tangan
biasanya dipake untuk ngelap mulut sehabis makan, atau menyeka keringat
di wajah, tapi bisa berubah fungsi jadi alat untuk menarik perhatian
lawan jenis. Sapu tangan bisa bernilai romantis juga ya? Ya, setidaknya
itu yang diceritakan Bang Boim Lebon. Ehm (meski pdktnya gagal karena
dicuekkin sang gadis incerannya, kasihan deh luh—maaf lho Bang Boim)
Cari perhatian
Boys and gals, tanda orang jatuh cinta tuh yang paling mudah
dideteksi adalah perhatiannya yang berlebih kepada orang yang
dicintainya. Betul apa betul?
Menurut Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam buku keren beliau tentang cinta: Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin (Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu),
dituliskan bahwa salah satu ciri orang yang sedang jatuh cinta, ia
pasti akan terus menyebut nama kekasihnya. Setiap saat, di mana pun.
Nama kekasihnya seperti jampi-jampi ampuh untuk menenangkan batinnya
yang galau dan hatinya yang dilanda rindu.
Kenapa bisa begitu? Karena cinta konon kabarnya mengandung segala perasaan indah tentang kebahagiaan (happiness), menyenangkan (comfort), kepercayaan (trust), persahabatan (friendship), dan kasih-sayang (affection).
Menurut R. Graves dalam The Finding of Love, cinta adalah sesuatu yang dapat mengubah segalanya sehingga terlihat indah. Jalaluddin Rumi juga pernah bersyair: “Karena cinta, duri menjadi mawar. Karena cinta, cuka menjelma anggur segar…”. Itu
sebabnya, nggak usah heran kalo naluri mencintai akan mendorong manusia
untuk memenuhi keinginan cintanya itu. Orang yang jatuh cinta akan
melakukan apa saja untuk menarik perhatian orang yang ia cintai (itu
karena terlihat indah kali ye?).
Sobat muda muslim, saya juga pernah jatuh cinta. Ibnu Qayyim betul,
waktu itu saya juga sering menyebut nama orang yang menjadi kekasih
saya. Setelah saya mengkhitbah seorang gadis (yang sekarang jadi istri
saya), namanya adalah nama yang sangat sering saya sebut. Ketika ngobrol
dengan teman-teman soal akhwat, saya hampir selalu (dengan bangga)
menyebutkan namanya. Seolah ingin pamer nama kekasih saya itu kepada
teman-teman saya. Efeknya, saya juga merasa lebih tenang, lebih yakin,
dan lebih percaya diri. Subhanallah. Bisa begitu ya?
Ngomong-ngomong tentang cinta, rasanya nggak adil deh kalo kita cuma
berhenti pada level cinta antar manusia. Karena cinta itu sendiri bisa
berarti luas, maka objek yang kita cintai juga luas. Itu sebabnya, Allah
Swt. pun sangat layak untuk kita cintai. Sungguh sangat indah dan
menyenangkan sekali bisa mencintai Sang Pemilik Cinta. Hebat sekali
bukan? Keren, Bro!
Sayangnya, kok kayaknya sulit banget gitu lho untuk bisa mencintai
Allah Ta’ala. Apa karena Allah Swt. tidak terlihat oleh mata kita? Ah,
pernyataan ini bisa rontok dengan fakta bahwa banyak di antara kita yang
jatuh cinta hanya dengan membaca tulisan orang lain di sebuah email
dalam grup diskusi dunia maya, misalnya. Kita jatuh cinta kepada gaya
bertuturnya yang ia tuliskan di email. Ketika kita tahu bahwa penulisnya
adalah lawan jenis kita, maka ada dorongan-dorongan penasaran dari
perasaan dalam hati kita untuk mencoba mencari tahu siapa dirinya. Kita
telah jatuh cinta karena melihat keistimewaan yang ada pada teman
diskusi kita itu. Meskipun kita belum pernah tahu wujudnya dalam sebuah
foto sekali pun darinya. Hebat bukan?
Itu sebabnya, seharusnya kita juga bisa mencintai Allah Swt. sepenuh
hati kita ketika kita melihat begitu banyak tanda-tanda kekuasaanNya.
Kita bisa mengamati bagaimana langit yang begitu luas (lengkap dengan
misteri dan keajaiban ruang angkasa yang sangat luas itu), ketika kita
nonton tayangan dari Discovery Chanel tentang laut misalnya,
rasanya pantas bibir kita terus bertasbih menyebut namaNya. Karena di
kedalaman laut yang dingin, gelap dan sepi, masih ada makhluk Allah yang
hidup di sana. Laut pun memiliki berjuta pesona yang rasanya tak
mungkin meredam kekaguman kita kepada penciptanya, yakni Allah Swt.
Begitu pun daratan, punya pesona tersendiri dari banyak penghuninya. Subhanallah,
Dia memang telah memberikan begitu banyak tanda kekuasaanNya kepada
kita. Jika kita masih belum ngeh, dan tak tergerak untuk bersujud,
bertasbih dan mencintaiNya, rasanya nggak adil banget deh. Suwer!
Kalo dengan sang inceran kita biasa nyari-nyari perhatian, bisa curi
pandang kalo kebetulan si dia ada di kelas, kenapa dengan Allah tidak
bisa? Kalo dengan si dia yang udah mencairkan dinding es yang selama ini
kita bangun, kita bisa begitu getol menjaga penampilan agar ia tetap
merasa betah melihat kita, kenapa dengan Allah tidak bisa? Ah, rasanya
nggak adil deh kalo njomplang begitu.
Memang sih, Allah Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri
perhatianNya pun Allah tahu apa maksud kita. Ini sekadar ungkapan aja
kalo kita pun bisa membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat.
Aktivitas mulia penuh pahala dan taat syariatNya, udah cukup menarik
perhatian Allah kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.
Oya, mencintai Allah tuh jauh lebih besar manfaat dan pahalanya
ketimbang mencintai makhluk-makhlukNya. Karena apa? Karena Allah adalah
Pemilik Cinta, dan sekaligus Pemberi Cinta kepada kita-kita sebagai
makhlukNya. Bahkan Allah sudah memberikan sinyal kuat kepada kita dalam
sebuah hadis Qudsy: “Kalau hambaKu mendekat sejengkal, Kusambut ia
sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Kusambut ia sedepa. Kalau hambaKu
datang padaKu berjalan, Kusambut ia dengan berlari…”
Duh, betapa begitu besar cinta Allah kepada kita, hambaNya. Tidakkah
ini membuat cinta kita lebih besar lagi kepada Allah Swt.? Hmm…rasanya
kita perlu berlari untuk mendekat kepadaNya. Subhanallah.
Rela berkorban
Satu tanda cinta adalah rela berkorban. Bahkan jika pengorbanan yang
harus diberikan berupa nyawa. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai Nabi, kobarkanlah semangat kaum mukminin untuk berperang” (QS al-Anfâl [8]: 65)
Sobat muda muslim, para ahli tafsir menghubungkan ayat ini dengan
sebuah riwayat yang mengisahkan bahwa sebelum meletus Perang Badar
al-Kubra, Rasulullah saw. telah bersabda:”Bersegeralah (ke suatu
tempat) yang di situ kalian (dapat) meraih surga yang luasnya seluas
langit dan bumi.” Maka Umair bin al-Humam bertanya, ‘Apakah benar
luasnya seluas langit dan bumi?’ ‘Ya’, jawab Rasulullah, seraya ‘Umair
berkata, ‘wah, wah, wah (hebat sekali).’ Maka Rasulullah saw. Kemudian
berkata, ‘Apa yang mendorongmu berkata ‘wah, wah, wah’? Jawabnya,
‘Karena aku berharap menjadi penghuninya’. Maka Rasulullah bersabda,
‘Kamu pasti menjadi penghuninya.’ Kemudian laki-laki itu memecahkan
sarung pedang lalu mengeluarkan beberapa butir kurma. Memakannya
sebagian dan membuang sisanya seraya berkata, ‘Apabila aku masih hidup
sampai aku menghabiskan kurma tersebut maka kehidupan ini terlalu lama’
Bergegas ia maju ke baris depan, memerangi musuh (agama) hingga ia mati
syahid.” (Shahih Muslim No. 1901, dan Tafsir Ibnu Katsir II/325)
Yuk, kita buktikan tanda cinta kita kepada Allah Swt. dan RasulNya.
Jangan sampe kecintaan kita kepada dunia mengalahkan cinta kita kepada
Allah Swt,. dan RasulNya. Firman Allah Swt. (yang artinya): Katakanlah:
“jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS at-Taubah [9]: 24)
Bro, rasa-rasanya kita emang kudu siap nunjukkin tanda keseriusan cinta sejati kita. So, siap ya untuk tunjukkin tanda cinta sejati kepada Sang Pemilik Cinta? Mari buktikan! (solihin: osolihin@gaulislam.com)
Sumber :GaulIslam
Selasa, 26 April 2011
Senin, 25 April 2011
Ngaku Muslim Kok Liberal?
Sebagai muslim, sudah sepantasnya berpikiran, berperasaan, berperilaku yang mencirikan pribadi seorang muslim. Lagian, ngapain juga ada definisi dan istilah berbeda jika ciri-cirinya sama pada semua hal yang sudah dibedakan. Maka, ketika ada istilah muslim (termasuk mukmin), fasik, munafik, dan bahkan musyrik dan kafir, jelas ada maksudnya. Nggak bisa disama-samain bahwa semua itu benar atau semua salah. Kalo gitu nggak usah ada definisi aja. Betul?
Coba, apa yang mendasari bahwa kamu bisa membedakan antara harimau, beruang, burung, anjing, kucing, dan gajah? Bisa karena bentuknya, bisa karena perilakunya, bisa karena sifatnya dan sejenisnyalah sehingga hewan-hewan tersebut diberikan nama berbeda karena perilaku dan karakternya berbeda. Lalu, jika ada yang bilang bahwa harimau dan gajah sama aja, baik perilaku dan karakternya, kira-kira apa yang akan kamu lakukan kepada orang yang nyampein pernyataan seperti ini?
Aneh! Mungkin istilah ini bisa jadi salah satu yang kamu lontarkan menyikapi pendapat orang tersebut. Tetapi akan lain kalo ada orang yang bilang bahwa baik gajah maupun harimau dan hewan lainnya meskipun berbeda-beda bentuk dan karakter, tetap saja nggak memiliki akal. Ini baru pernyataan yang benar. Tetapi sayangnya kita tidak sedang ngobrolin hal itu.
Bro en Sis, definisi iman dan kufur jelas. Begitupun perbedaan antara tauhid dan syirik juga nyata terang benderang. Maka, ketika ada orang yang menyamakan bahwa orang yang beriman dan orang yang kafir akan sama-sama masuk surga, itu adalah pernyataan yang kacau nggak masuk akal. Begitu juga jika ada orang yang menyamakan antara orang yang mengesakan Allah Swt dengan orang yang menyekutukan Allah Swt., berarti orang itu nggak ngerti definisi yang telah dibuat. Lalu, jika mukmin dan kafir dianggap sama dan bisa masuk surga, orang yang musyrik dan yang mengesakan Allah dianggap tidak berbeda, buat apa ada surga dan neraka serta ada istilah benar dan salah? Iya nggak sih?
Nah, sesuai dengan judul gaulislam edisi pekan ini, ngaku muslim tapi liberal juga adalah sebuah keanehan. Gejala split personality alias pecah kepribadian. Muslim ya muslim, liberal ya liberal. Nggak bisa digabungkan istilah itu. Sebab, sudah jelas putih adalah putih dan hitam adalah hitam. Tak bercampur keduanya kecuali yang menginginkannya. Muslim adalah muslim, liberal juga adalah liberal. Secara definisi sederhana juga sudah jelas, muslim artinya taat, sementara liberal inginnya bebas tak terikat aturan. Tuh kan, jelas bertolak belakang, bukan lagi beda. Bahkan itu terkategori bertentangan dan melakukan penentangan. Sehingga memang menjadi aneh jika ada yang ngaku muslim tetapi pikiran dan perasaannya liberal. Tak mau tunduk pada syariat Islam. Ngikutin hawa nafsunya sendiri aja. Yee.. ini sih biasanya hanya terjadi pada orang yang belum kuat imannya.
Film “?” contoh nyata kerusakan akidah
Bro en Sis, saya memang belum pernah nonton film ini. Jika pun berpendapat bahwa film garapan Hanung Bramantyo tersebut merusak akidah kaum muslimin, saya menyandarkan kepada pendapat mereka yang sudah menonton film tersebut secara langsung. Saya membaca, insya Allah dengan cermat pendapat-pendapat KH Cholil Ridwan dari MUI, juga Dr Adian Husaini, penulis dan peneliti di INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations). Beliau berdua nonton secara langsung gala premier film tersebut pada 6 April 2011 di Jakarta. Saya insya Allah meyakini bahwa pengamatan mereka terhadap film itu sudah benar. Dengan demikian, meski saya belum menonton film tersebut, cukup bagi saya untuk ikut mengambil kesimpulan bahwa film tersebut berpotensi merusak akidah umat Islam, terutama yang keimanannya masih lemah.
Apa sih inti pesan yang ditaburkan di film yang skenarionya ditulis oleh nonmuslim itu? Intinya adalah menebarkan ajaran pluralisme agama. Apa itu? Hmm.. gini deh sederhananya: pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Munculnya ide pluralisme didasarkan pada keinginan untuk melenyapkan ‘klaim keberanan’ (truth claim) yang katanya dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama.
Oya, menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar. Lha, terus buat apa ada iman dan kufur ada tauhid dan syirik? Jelas banget Bro, para pegiat pluralisme agama adalah orang-orang yang hendak menghancurkan keyakinan umat bergama terhadap agamanya.
Apa yang ada di film “?” (baca: tanda tanya, karena memang produser dan sutradaranya belum menentukan judulnya, buktinya disediakan sayembara bagi yang bisa bikin judul bagi film tersebut) sehingga dikategorikan film sesat dan menyesatkan?
Sekilas aja ya. Sebenarnya banyak contoh adegan yang merusak, tapi saya pilih satu yang cukup serius dan diberikan penekanan khusus oleh Dr Adian Husaini. Saya ambil dari webiste www.insistnet.com. Dr Adian Husaini menuliskan sebagai berikut:
Alkisah, Rika, seorang istri yang kecewa terhadap suami. Rika memutuskan pindah agama, dari Islam menjadi Katolik. Ia berujar, bahwa kepindahan agamanya bukan berarti mengkhianati Tuhan. Meskipun Katolik, Rika sangat toleran. Anaknya, – masih kecil, bernama Abi –dibiarkannya tetap Muslim. Bahkan, ia mengantarjemput anaknya ke masjid, belajar mengaji al-Quran. Di bulan puasa, dia temani dan dia ajar Abi berdoa makan sahur.
Di Film “?” (Tanda Tanya), Rika ditampilkan sebagai sosok ideal: murtad dari Islam, tapi toleran dan suka kerukunan. Pada segmen lain, secara verbatim Rika mengatakan, BAHWA agama-agama ibarat jalan setapak yang berbeda-beda tetapi menuju tujuan yang sama, yaitu Tuhan. Kata Rika mengutip ungkapan sebuah buku, “… semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama; mencari satu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan.”
Mulanya, kemurtadan Rika tidak direstui ibunya. Anaknya yang Muslim pun awalnya menggugat. Tapi, di ujung film, Rika sudah diterima sebagai “orang murtad” dari Islam. Bahkan, ada juga yang memujinya telah mengambil langkah besar dalam hidupnya.
Kisah dan sosok Rika cukup mendominasi alur cerita dalam film “?” garapan Hanung Bramantyo ini. Rika tidak dipersoalkan kemurtadannya. Padahal, dalam pandangan Islam, murtad adalah kesalahan besar. Saat duduk di bangku SMP, saya sudah menamatkan satu Kitab berjudul Sullamut Tawfiq karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim. Kitab ini termasuk yang mendapatkan perhatian serius dari Imam Nawawi al-Bantani, sehingga beliau memberikan syarah atas kitab yang biasanya dipasangkan dengan Kitab Safinatun Najah. (www.insistnet.com)
Murtad dari Islam adalah haram
Bro en Sis, saya setuju dengan cara pandang Dr Adian Husaini dalam menyikapi film tersebut. Sebab, saat ini orang dengan mudah gonta-ganti agama atau bahkan tidak beragama sama sekali. Jika seseorang murtad alias keluar dari agama Islam (kasusnya bisa pindah ke agama lain atau memilih tidak beragama) maka dihukumi haram dan jika diperingatkan tidak mau, negara berhak membunuhnya agar orang lain tidak mencontoh perbuatan murtad orang tersebut.
Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Ikrimah yang berkata, “Dihadapkan kepada Amirul Mukminin ‘Ali ra orang-orang zindiq, kemudian beliau ra membakar mereka. Hal ini disampaikan kepada ‘Ibnu ‘Abbas dan ia berkata, “Seandainya aku (yang menghukum), maka aku tidak akan membakarnya karena larangan dari Rasulullah saw. dimana beliau bersabda: “Janganlah kalian mengadzab (menghukum) dengan ‘adzabnya Allah.” Dan aku (Ibnu ‘Abbas) akan membunuhnya, berdasarkan sabda Rasulullah saw., “Barangsiapa mengganti agamanya (murtad), maka bunuhlah dia.”
Membunuh laki-laki yang murtad berdasarkan dzahir hadis tersebut. Sedangkan membunuh wanita yang murtad berdasarkan keumuman hadis. Sebab Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa mengganti (agamanya)”. Sedangkan lafadz “man” termasuk lafadz umum. Juga diriwayatkan oleh Daruquthniy dan Baihaqiy dari Jabir, “Bahwa Ummu Marwan telah murtad. Rasulullah saw. memerintahkan untuk menasihatinya agar ia kembali kepada Islam. Jika ia bertaubat (maka dibiarkan), bila ia tidak, maka dibunuh.” (Abdurrahman al-Maliki, Sistem Sanksi dalam Islam, hlm. 128-129)
Kalo sekarang gimana? Kan nggak ada negara Islam? Ya, tidak boleh ada yang menghukumya dengan cara seperti itu. Tetapi mereka akan RUGI di akhirat jika ketika mati masih kafir. Why? Karena akan diazab oleh Allah Swt. sesuai dengan firmanNya (yang artinya): “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 217)
Ih, naudzubillah min dzalik ya. Jangan sampe gara-gara nonton film itu kamu jadi murtad. Nggak banget lah!
Ok deh Bro en Sis, kita kudu kuatin iman kita kepada Allah Swt. Sebagai muslim kita nggak boleh (bahkan haram) untuk menjadi liberal alias tidak mau taat kepada aturan Allah Swt. dan RasulNya. Apalagi jika menjadi kafir.
Jadi, yuk kita giat perdalam ajaran Islam, lalu pahami dan amalkan agar keimanan kita kian kokoh tak tergoyahkan. Insya Allah. [solihin: osolihin@gaulislam.com]
Sumber : GaulIslam
Sumber : GaulIslam
Senin, 18 April 2011
Hello,
ini adalah blog saya, saya baru di dunia blog mohon kerja samanya..........:)
Langganan:
Postingan (Atom)