Laman

Jumat, 15 Juli 2011

Bukan Islam KTP

 



Jadi inget judul sinetron ya pas kamu baca judul gaulislam edisi pekan ini? Kalo yang ngikutin ceritanya mesti tahu dan hapal banget deh. Nah, di gaulislam pekan ke-188 ini sengaja membahas tema ini juga, tetapi bukan ngomongin filmnya. Kita ngobrolin tentang diri kita yang baru berislam sebatas tercantum di kolom agama dalam KTP kita. So, di buletin ini kita bahas bahwa seorang muslim yang keren dan hebat itu bukan menganggap Islam cuma nyangkut di KTP-nya doang. Tetapi memang harus dipraktikkan dalam kehidupan nyata, dalam kesehariannya. Dia juga percaya diri sebagai muslim. Setuju kan?

Bro en Sis, saya prihatin banget dengan kondisi remaja muslim saat ini. Sumpah! Kok ada ya remaja yang masih merasa minder jadi muslim? Kebangetan deh jaman kiwari masih beredar remaja yang nggak pede alias nggak percaya diri jadi seorang muslim. Padahal, identitas kemusliman kita bakalan jadi ukuran. Apalagi di tengah arus deras informasi dan perang opini yang kerap bikin kita ‘pusing-mual-mencret’ kalo dapet sebutan muslim radikal atau fundamentalis. Cuma orang yang rasa percaya dirinya tinggi dan keimanannya mantap aja yang bakalan tahan bantingan. Insya Allah.
Bro en Sis, ketika kita memiliki rasa percaya diri, kita tahu apa yang kudu kita lakukan. Kita bisa ngukur diri. Itu sebabnya, orang yang percaya dengan kemampuan dirinya, biasanya bakalan rileks en tanpa beban dalam berbuat. Ini, tidak saja membawa hasil maksimal, tapi juga antistres. Nggak percaya? Silakan dicoba. So, jadi muslim kudu pede!
Yup, rasa percaya diri emang kudu ditumbuh-kembangkan dalam diri kita. Kita rawat, kita bersihkan, kita poles dengan apik, dan kita sirami agar terus bersemi. Kita rawat dengan terus mengasah kemampuan yang kita miliki. Kita bersihkan segala yang kita anggap menghalangi semangat hidup kita. Kita pun rajin mengobati dan ‘membunuh’ rasa malas yang bersemayam di hati kita agar berubah jadi energi positif yang akan menggerakkan turbin di hati untuk terus memproduksi ketekunan dan kekuatan untuk hidup. Jangan lupa, kita juga menyirami relung hati dan akal kita dengan asupan ‘gizi’ tentang keyakinan akan masa depan. Terus disirami agar senantiasa tumbuh subur. Sehingga kita berani bilang, “Jangan pernah menatap masa depan dengan mata penuh ketakutan”. Bisa kan?
Insya Allah, semua itu akan membuat kita tak pernah merasa terbebani. Kita akan menatap masa depan dengan penuh semangat dan tentunya tak mudah goyah dengan berbagai godaan en rayuan. Mulai dari rayuan pulau kelapa ampe rayuan gombal sekali pun. Nggak mudah percaya ama rayuan yang bakal melunturkan idealisme dan rasa percaya diri kita.

Salah paham tentang Islam
Sobat muda muslim, ada lagi penyakit yang menerpa kaum muslimin saat ini, yakni salah paham terhadap ajaran Islam. Intinya, Islam nggak dipahami dengan benar dan baik oleh kaum muslimin. Mengapa ini bisa terjadi? Setidaknya ada tiga faktor. Pertama, kaum muslimin salah mengambil jalan hidup. Bukan Islam yang diambil, tapi ideologi selain Islam. Mereka menganggap bahwa Islam tak bisa menjadi alat perjuangan, sehingga tak perlu dilibatkan mengatur kehidupan. Kedua, kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam. Ketiga, adanya upaya sistematis mengaburkan pemahaman Islam yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam melalui tokoh-tokoh yang berasal dari kaum muslimin hasil didikan musuh-musuh Islam. Halah, lengkap sudah penderitaan kaum muslimin saat ini, Bro.
Faktor pertama yang memicu salah paham tentang Islam adalah karena kaum muslimin salah dalam mengambil jalan hidup. Wah, ini sih pastinya bukan cuma salah paham, tapi yang jelas udah salah jalan, karena salah mengambil sumber informasinya. Kayak orang mau bepergian ke suatu tempat, tapi peta jalannya salah. Ya, nggak nyampe tujuan. Bukan saja nggak nyampe, tapi tersesat. Tul nggak?
Beberapa bukti atas fakta ini adalah, banyaknya kaum muslimin yang memperjuangkan feminisme, demokrasi, sekularisme, kapitalisme, bahkan sosialisme dengan menganggap bahwa paham-paham tersebut lebih relevan untuk saat ini. Waduh, celaka banget tuh. Sebab, sejatinya ide-ide itu bertentangan dengan Islam dan bahkan menentang Islam. Ide yang berbahaya. Akibatnya dalam tataran praktik, nggak sedikit kaum muslimin yang bangga menyandang istilah “Kiri” (baca: kaum sosialis) hingga akhirnya mereka berjuang di masyarakat dengan cara-cara seperti yang dilakukan kaum sosialis (misalnya unjuk rasa anarkis dan menggunakan kekerasan fisik), ideologinya pun ya sosialisme-komunisme. Padahal dirinya muslim, lho. Tulatit abis!
Oya, nggak sedikit pula dari kaum muslimin yang merasa sudah menjadi manusia seutuhnya ketika memperjuangkan demokrasi. Maka, seks bebas tumbuh subur, pergaulan bebas antara laki dan perempuan jadi tradisi, pengingakaran terhadap agama juga marak. Menyedihkan sekali bukan? Inilah buah dari salah mengambil informasi jalan hidup, karena menganggap Islam tak mampu menyelesaikan kehidupan hingga akhirnya memilih kapitalisme dan juga sosialisme. Hmm.. kasihan banget!
Sobat muda muslim, untuk faktor kedua yang memungkinkan munculnya salah paham terhadap Islam adalah kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam. Setengah-setengah, gitu lho. Kasarnya sih, apa saja dari Islam yang menurutnya baik dan menyenangkan diambil, sementara yang bikin ribet bagi dirinya ditinggalin jauh-jauh. Ini namanya pilah-pilih sesuka nafsunya. Bukan atas pertimbangan akidah dan syariat Islam. Superkacau banget kan pemahamannya?
Shalat akan dilaksanakan kalo dengan shalat ia merasa tentram dan tenang. Jadi bukan atas pertimbangan hukum syara dan ketataan kepada Allah Swt. dalam melaksanakan shalat, tapi karena shalat membuat dia tenang. Itu sebabnya, ia akan mengambil ajaran Islam tentang shalat. Tapi jika menurut hawa nafsunya ajaran shalat itu bisa mengganggu aktivitasnya berbisnis, maka ia akan tinggalkan shalat. Karena menganggap waktu shalat itu mengganggu urusan penting yang dia kerjakan. Daripada memilih menghentikan sementara kepentingan bisnisnya untuk shalat, ia malah memilih kepentingan bisnis dan meninggalkan shalat. Itu namanya gegabah wal bahaya!
Itu sebabnya, setengah-setengah dalam mempelajari Islam berdampak tidak utuhnya pemahaman tentang Islam. Tanggung, gitu lho. Bukan tak mungkin pula jika akhirnya marak bermunculannya para pelaku malpraktik dalam ajaran Islam. Hukum yang wajib dilakukan malah ditinggalkan, tapi yang sunah dikerjakan seolah menjadi kewajiban. Contohnya, banyak para wanita yang getol shalat sunnah tahajjud, tapi kalo keluar rumah rambutnya dibiarkan bebas tanpa ditutupi kerudung dan bagian tubuhnya dengan sukses dilihat orang lain karena tak menutup aurat dengan sempurna (berjilbab).  Inilah yang disebut malpraktik alias salah prosedur dalam menjalankan syariat Islam, Bro. Piye iki? Harusnya kan yang wajib dilakukan, yang sunnah juga dikerjakan semampunya.
Nah, mengenai faktor ketiga yang sangat mungkin memicu terjadinya salah paham terhadap Islam adalah banyaknya cendekiawan muslim yang menyampaikan Islam dengan pemahaman yang keliru. Islam yang disampaikan itu sudah dimodifikasi terlebih dahulu, sesuai selera dan keinginan mereka yang dipesankan dari musuh-musuh Islam. Mungkin saja orang yang dianggap sebagai cendekiawan muslim yang menyebarkan pemahaman Islam yang keliru ini nggak nyadar kalo dirinya diperalat oleh musuh-musuh Islam, atau bisa saja mereka tahu bahwa yang disampaikannya itu keliru tapi karena demi jabatan atau harta berlimpah yang dijanjikan kalangan tertentu yang membenci Islam, akhirnya ya mereka lakukan juga tugas salahnya tersebut. Parah!
Sobat, bagi cendekiawan yang nggak nyadar kalo mereka udah menyampaikan Islam secara keliru, karena ia mempelajari Islam dari sumber yang salah. Ada semacam penyusup yang seolah-olah tahu dan paham Islam, tapi karena dianggap ulama atau cendekiawan akhirnya omongannya didengar meskipun sebenarnya menebarkan racun. Contohya, paham pluralisme agama. Menganggap bahwa semua agama benar dan nggak boleh ada agama yang mengklaim kebenaran agamanya. Lha, aneh banget kan?
So, jangan tuduhkan kesalahan kepada Islam, jika banyak kaum muslimin yang hidupnya setengah Islam dan setengah kufur. Itu karena dirinya telah mengambil ajaran Islam semata yang dia suka sembari mengambil jalan hidup lain untuk yang membuat dia juga merasa nyaman. Pilih-pilih sesuka selera hawa nafsunya. Ini bunglon namanya. Padahal, kalo beriman kepada Allah Swt. ya harus jelas dan sepenuhnya. Nggak boleh nyari aman. Allah Swt. udah ngingetin manusia dalam firmanNya (yang artinya):”Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (menjadi kafir kembali). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS al-Hajj [22]: 11)
Jadi, kalo diri kita udah menjadi muslim, berarti sepenuhnya kita sadar akan peran kita yang sesungguhnya, yakni bukan hanya sekadar melaksanakan ajaran Islam karena kita muslim, tapi juga menjadi penjaga ajaran Islam dan bahkan menjadi pembela dan pejuang Islam. Itu lebih mantap deh! Sumpah! (ya, daripada Islam KTP gitu lho!). Ih, malu dong, kalo diri kita cuma dianggap beragama Islam yang dituliskan di KTP, tetapi jauh dari ajaran Islam. Jangan sampe deh Islam kita cuma nyangkut di KTP doang.
Oya, jangan juga menyalahkan Islam kalo kita hanya mampu menjadi Muslim yang “apa adanya”. Itu kesalahan kita karena nggak mau belajar Islam. Padahal, kita wajib bangga menjadi muslim, karena Islam yang kita peluk adalah agama yang akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Itu sebabnya, yang kita amalkan dan praktikkan BUKAN Islam KTP.   [Solihin | www.osolihin.wordpress.com]
Sumber : Gaulislam

Selasa, 26 April 2011

Tanda Cinta Sejati

Apa buktinya kalo kamu cinta kepada ortumu? Kamu pasti dengan mudah akan menjawabnya: “aku akan tunjukkin dengan taat kepada mereka, menghormati mereka, dan melakukan apa yang diperintahkan mereka.” Yup, itu tanda cinta. Seseorang yang mencintai seseorang lainnya akan mudah untuk berusaha menunjukkan bukti kecintaannya dengan perilaku yang menyenangkan bagi yang dicintainya. Itu sebabnya, tanda cinta itu penting jika kita memang menghargai apa yang kita cintai. Tapi tanda cinta tak lagi begitu penting ketika cinta tak lagi menjadi bagian yang kita hargai. Semua tergantung cara pandang kita.
Jujur saja sobat, cerita bertabur keromantisan sering membuat kita bertenaga. Hidup rasanya dapat tambahan darah segar. Nafas baru dan semangat menggelora. Rasa-rasanya dunia adalah milik kita, yang sedang dimabuk cinta dan dibakar api asmara. Kita jadi ngedadak ‘lupa diri’, dan kita menjadikan orang yang kita cintai sebagai dewi or pangeran pujaan hati. Kita bersedia berkorban dan menjadi bagian dari hidupnya. Sehari saja tak jumpa dan komunikasi, rasanya hati kita jadi dingin dan beku. Tapi, ketika rindu itu terpuaskan, dinding es yang kokoh menyelimuti hati kita pun perlahan mencair (suit..suit.. swiiw!)
Saking terpengaruhnya dengan cerita Romeo and Juliet, waktu SMP saya sering berkhayal bisa bacain puisi hasil karya saya (yang seadanya itu) di bawah jendela kamar rumah teman wanita saya. Tapi, itu nggak terjadi, karena cuma khayalan belaka. Bang Boim Lebon, pengarang serial Lupus Kecil waktu sama-sama ‘manggung’ dengan saya pernah cerita kepada peserta bedah buku Jangan Nodai Cinta bahwa ketika doi SMA sempat pdkt ke lawan jenis dengan menjatuhkan sapu tangan. Ya, seperti di film-film percintaan, gitu. Padahal sapu tangan biasanya dipake untuk ngelap mulut sehabis makan, atau menyeka keringat di wajah, tapi bisa berubah fungsi jadi alat untuk menarik perhatian lawan jenis. Sapu tangan bisa bernilai romantis juga ya? Ya, setidaknya itu yang diceritakan Bang Boim Lebon. Ehm (meski pdktnya gagal karena dicuekkin sang gadis incerannya, kasihan deh luh—maaf lho Bang Boim)
Cari perhatian
Boys and gals, tanda orang jatuh cinta tuh yang paling mudah dideteksi adalah perhatiannya yang berlebih kepada orang yang dicintainya. Betul apa betul?
Menurut Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam buku keren beliau tentang cinta: Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin (Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu), dituliskan bahwa salah satu ciri orang yang sedang jatuh cinta, ia pasti akan terus menyebut nama kekasihnya. Setiap saat, di mana pun. Nama kekasihnya seperti jampi-jampi ampuh untuk menenangkan batinnya yang galau dan hatinya yang dilanda rindu.
Kenapa bisa begitu? Karena cinta konon kabarnya mengandung segala perasaan indah tentang kebahagiaan (happiness), menyenangkan (comfort), kepercayaan (trust), persahabatan (friendship), dan kasih-sayang (affection).
Menurut R. Graves dalam The Finding of Love, cinta adalah sesuatu yang dapat mengubah segalanya sehingga terlihat indah. Jalaluddin Rumi juga pernah bersyair: “Karena cinta, duri menjadi mawar. Karena cinta, cuka menjelma anggur segar…”. Itu sebabnya, nggak usah heran kalo naluri mencintai akan mendorong manusia untuk memenuhi keinginan cintanya itu. Orang yang jatuh cinta akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian orang yang ia cintai (itu karena terlihat indah kali ye?).
Sobat muda muslim, saya juga pernah jatuh cinta. Ibnu Qayyim betul, waktu itu saya juga sering menyebut nama orang yang menjadi kekasih saya. Setelah saya mengkhitbah seorang gadis (yang sekarang jadi istri saya), namanya adalah nama yang sangat sering saya sebut. Ketika ngobrol dengan teman-teman soal akhwat, saya hampir selalu (dengan bangga) menyebutkan namanya. Seolah ingin pamer nama kekasih saya itu kepada teman-teman saya. Efeknya, saya juga merasa lebih tenang, lebih yakin, dan lebih percaya diri. Subhanallah. Bisa begitu ya?
Ngomong-ngomong tentang cinta, rasanya nggak adil deh kalo kita cuma berhenti pada level cinta antar manusia. Karena cinta itu sendiri bisa berarti luas, maka objek yang kita cintai juga luas. Itu sebabnya, Allah Swt. pun sangat layak untuk kita cintai. Sungguh sangat indah dan menyenangkan sekali bisa mencintai Sang Pemilik Cinta. Hebat sekali bukan? Keren, Bro!
Sayangnya, kok kayaknya sulit banget gitu lho untuk bisa mencintai Allah Ta’ala. Apa karena Allah Swt. tidak terlihat oleh mata kita? Ah, pernyataan ini bisa rontok dengan fakta bahwa banyak di antara kita yang jatuh cinta hanya dengan membaca tulisan orang lain di sebuah email dalam grup diskusi dunia maya, misalnya. Kita jatuh cinta kepada gaya bertuturnya yang ia tuliskan di email. Ketika kita tahu bahwa penulisnya adalah lawan jenis kita, maka ada dorongan-dorongan penasaran dari perasaan dalam hati kita untuk mencoba mencari tahu siapa dirinya. Kita telah jatuh cinta karena melihat keistimewaan yang ada pada teman diskusi kita itu. Meskipun kita belum pernah tahu wujudnya dalam sebuah foto sekali pun darinya. Hebat bukan?
Itu sebabnya, seharusnya kita juga bisa mencintai Allah Swt. sepenuh hati kita ketika kita melihat begitu banyak tanda-tanda kekuasaanNya. Kita bisa mengamati bagaimana langit yang begitu luas (lengkap dengan misteri dan keajaiban ruang angkasa yang sangat luas itu), ketika kita nonton tayangan dari Discovery Chanel tentang laut misalnya, rasanya pantas bibir kita terus bertasbih menyebut namaNya. Karena di kedalaman laut yang dingin, gelap dan sepi, masih ada makhluk Allah yang hidup di sana. Laut pun memiliki berjuta pesona yang rasanya tak mungkin meredam kekaguman kita kepada penciptanya, yakni Allah Swt. Begitu pun daratan, punya pesona tersendiri dari banyak penghuninya. Subhanallah, Dia memang telah memberikan begitu banyak tanda kekuasaanNya kepada kita. Jika kita masih belum ngeh, dan tak tergerak untuk bersujud, bertasbih dan mencintaiNya, rasanya nggak adil banget deh. Suwer!
Kalo dengan sang inceran kita biasa nyari-nyari perhatian, bisa curi pandang kalo kebetulan si dia ada di kelas, kenapa dengan Allah tidak bisa? Kalo dengan si dia yang udah mencairkan dinding es yang selama ini kita bangun, kita bisa begitu getol menjaga penampilan agar ia tetap merasa betah melihat kita, kenapa dengan Allah tidak bisa? Ah, rasanya nggak adil deh kalo njomplang begitu.
Memang sih, Allah Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri perhatianNya pun Allah tahu apa maksud kita. Ini sekadar ungkapan aja kalo kita pun bisa membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat. Aktivitas mulia penuh pahala dan taat syariatNya, udah cukup menarik perhatian Allah kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.
Oya, mencintai Allah tuh jauh lebih besar manfaat dan pahalanya ketimbang mencintai makhluk-makhlukNya. Karena apa? Karena Allah adalah Pemilik Cinta, dan sekaligus Pemberi Cinta kepada kita-kita sebagai makhlukNya. Bahkan Allah sudah memberikan sinyal kuat kepada kita dalam sebuah hadis Qudsy: “Kalau hambaKu mendekat sejengkal, Kusambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Kusambut ia sedepa. Kalau hambaKu datang padaKu berjalan, Kusambut ia dengan berlari…”
Duh, betapa begitu besar cinta Allah kepada kita, hambaNya. Tidakkah ini membuat cinta kita lebih besar lagi kepada Allah Swt.? Hmm…rasanya kita perlu berlari untuk mendekat kepadaNya. Subhanallah.
Rela berkorban
Satu tanda cinta adalah rela berkorban. Bahkan jika pengorbanan yang harus diberikan berupa nyawa. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai Nabi, kobarkanlah semangat kaum muk­minin untuk berperang” (QS al-Anfâl [8]: 65)
Sobat muda muslim, para ahli tafsir menghubungkan ayat ini dengan sebuah riwayat yang mengisahkan bahwa sebelum meletus Perang Badar al-Kubra, Rasulullah saw. telah bersabda:”Bersegeralah (ke suatu tempat) yang di situ kalian (dapat) meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” Maka Umair bin al-Humam bertanya, ‘Apakah benar luasnya seluas langit dan bumi?’ ‘Ya’, jawab Rasulullah, seraya ‘Umair berkata, ‘wah, wah, wah (hebat sekali).’ Maka Rasulullah saw. Kemudian berkata, ‘Apa yang mendorongmu berkata ‘wah, wah, wah’? Jawabnya, ‘Karena aku berharap menjadi penghuninya’. Maka Rasulullah bersabda, ‘Kamu pasti menjadi penghuninya.’ Kemudian laki-laki itu memecahkan sarung pedang lalu mengeluarkan beberapa butir kurma. Memakannya sebagian dan membuang sisanya seraya berkata, ‘Apabila aku masih hidup sampai aku menghabiskan kurma terse­but maka kehidupan ini terlalu lama’ Bergegas ia maju ke baris depan, memerangi musuh (agama) hingga ia mati syahid.” (Shahih Muslim No. 1901, dan Tafsir Ibnu Katsir II/325)
Yuk, kita buktikan tanda cinta kita kepada Allah Swt. dan RasulNya. Jangan sampe kecintaan kita kepada dunia mengalahkan cinta kita kepada Allah Swt,. dan RasulNya. Firman Allah Swt. (yang artinya): Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS at-Taubah [9]: 24)
Bro, rasa-rasanya kita emang kudu siap nunjukkin tanda keseriusan cinta sejati kita. So, siap ya untuk tunjukkin tanda cinta sejati kepada Sang Pemilik Cinta? Mari buktikan! (solihin: osolihin@gaulislam.com)
Sumber :GaulIslam  

Video Handphone


Senin, 25 April 2011

Ngaku Muslim Kok Liberal?

Sebagai muslim, sudah sepantasnya berpikiran, berperasaan, berperilaku yang mencirikan pribadi seorang muslim. Lagian, ngapain juga ada definisi dan istilah berbeda jika ciri-cirinya sama pada semua hal yang sudah dibedakan. Maka, ketika ada istilah muslim (termasuk mukmin), fasik, munafik, dan bahkan musyrik dan kafir, jelas ada maksudnya. Nggak bisa disama-samain bahwa semua itu benar atau semua salah. Kalo gitu nggak usah ada definisi aja. Betul? Coba, apa yang mendasari bahwa kamu bisa membedakan antara harimau, beruang, burung, anjing, kucing, dan gajah? Bisa karena bentuknya, bisa karena perilakunya, bisa karena sifatnya dan sejenisnyalah sehingga hewan-hewan tersebut diberikan nama berbeda karena perilaku dan karakternya berbeda. Lalu, jika ada yang bilang bahwa harimau dan gajah sama aja, baik perilaku dan karakternya, kira-kira apa yang akan kamu lakukan kepada orang yang nyampein pernyataan seperti ini? Aneh! Mungkin istilah ini bisa jadi salah satu yang kamu lontarkan menyikapi pendapat orang tersebut. Tetapi akan lain kalo ada orang yang bilang bahwa baik gajah maupun harimau dan hewan lainnya meskipun berbeda-beda bentuk dan karakter, tetap saja nggak memiliki akal. Ini baru pernyataan yang benar. Tetapi sayangnya kita tidak sedang ngobrolin hal itu. Bro en Sis, definisi iman dan kufur jelas. Begitupun perbedaan antara tauhid dan syirik juga nyata terang benderang. Maka, ketika ada orang yang menyamakan bahwa orang yang beriman dan orang yang kafir akan sama-sama masuk surga, itu adalah pernyataan yang kacau nggak masuk akal. Begitu juga jika ada orang yang menyamakan antara orang yang mengesakan Allah Swt dengan orang yang menyekutukan Allah Swt., berarti orang itu nggak ngerti definisi yang telah dibuat. Lalu, jika mukmin dan kafir dianggap sama dan bisa masuk surga, orang yang musyrik dan yang mengesakan Allah dianggap tidak berbeda, buat apa ada surga dan neraka serta ada istilah benar dan salah? Iya nggak sih? Nah, sesuai dengan judul gaulislam edisi pekan ini, ngaku muslim tapi liberal juga adalah sebuah keanehan. Gejala split personality alias pecah kepribadian. Muslim ya muslim, liberal ya liberal. Nggak bisa digabungkan istilah itu. Sebab, sudah jelas putih adalah putih dan hitam adalah hitam. Tak bercampur keduanya kecuali yang menginginkannya. Muslim adalah muslim, liberal juga adalah liberal. Secara definisi sederhana juga sudah jelas, muslim artinya taat, sementara liberal inginnya bebas tak terikat aturan. Tuh kan, jelas bertolak belakang, bukan lagi beda. Bahkan itu terkategori bertentangan dan melakukan penentangan. Sehingga memang menjadi aneh jika ada yang ngaku muslim tetapi pikiran dan perasaannya liberal. Tak mau tunduk pada syariat Islam. Ngikutin hawa nafsunya sendiri aja. Yee.. ini sih biasanya hanya terjadi pada orang yang belum kuat imannya. Film “?” contoh nyata kerusakan akidah Bro en Sis, saya memang belum pernah nonton film ini. Jika pun berpendapat bahwa film garapan Hanung Bramantyo tersebut merusak akidah kaum muslimin, saya menyandarkan kepada pendapat mereka yang sudah menonton film tersebut secara langsung. Saya membaca, insya Allah dengan cermat pendapat-pendapat KH Cholil Ridwan dari MUI, juga Dr Adian Husaini, penulis dan peneliti di INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations). Beliau berdua nonton secara langsung gala premier film tersebut pada 6 April 2011 di Jakarta. Saya insya Allah meyakini bahwa pengamatan mereka terhadap film itu sudah benar. Dengan demikian, meski saya belum menonton film tersebut, cukup bagi saya untuk ikut mengambil kesimpulan bahwa film tersebut berpotensi merusak akidah umat Islam, terutama yang keimanannya masih lemah. Apa sih inti pesan yang ditaburkan di film yang skenarionya ditulis oleh nonmuslim itu? Intinya adalah menebarkan ajaran pluralisme agama. Apa itu? Hmm.. gini deh sederhananya: pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Munculnya ide pluralisme didasarkan pada keinginan untuk melenyapkan ‘klaim keberanan’ (truth claim) yang katanya dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama. Oya, menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar. Lha, terus buat apa ada iman dan kufur ada tauhid dan syirik? Jelas banget Bro, para pegiat pluralisme agama adalah orang-orang yang hendak menghancurkan keyakinan umat bergama terhadap agamanya. Apa yang ada di film “?” (baca: tanda tanya, karena memang produser dan sutradaranya belum menentukan judulnya, buktinya disediakan sayembara bagi yang bisa bikin judul bagi film tersebut) sehingga dikategorikan film sesat dan menyesatkan? Sekilas aja ya. Sebenarnya banyak contoh adegan yang merusak, tapi saya pilih satu yang cukup serius dan diberikan penekanan khusus oleh Dr Adian Husaini. Saya ambil dari webiste www.insistnet.com. Dr Adian Husaini menuliskan sebagai berikut: Alkisah, Rika, seorang istri yang kecewa terhadap suami. Rika memutuskan pindah agama, dari Islam menjadi Katolik. Ia berujar, bahwa kepindahan agamanya bukan berarti mengkhianati Tuhan. Meskipun Katolik, Rika sangat toleran. Anaknya, – masih kecil, bernama Abi –dibiarkannya tetap Muslim. Bahkan, ia mengantarjemput anaknya ke masjid, belajar mengaji al-Quran. Di bulan puasa, dia temani dan dia ajar Abi berdoa makan sahur. Di Film “?” (Tanda Tanya), Rika ditampilkan sebagai sosok ideal: murtad dari Islam, tapi toleran dan suka kerukunan. Pada segmen lain, secara verbatim Rika mengatakan, BAHWA agama-agama ibarat jalan setapak yang berbeda-beda tetapi menuju tujuan yang sama, yaitu Tuhan. Kata Rika mengutip ungkapan sebuah buku, “… semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama; mencari satu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan.” Mulanya, kemurtadan Rika tidak direstui ibunya. Anaknya yang Muslim pun awalnya menggugat. Tapi, di ujung film, Rika sudah diterima sebagai “orang murtad” dari Islam. Bahkan, ada juga yang memujinya telah mengambil langkah besar dalam hidupnya. Kisah dan sosok Rika cukup mendominasi alur cerita dalam film “?” garapan Hanung Bramantyo ini. Rika tidak dipersoalkan kemurtadannya. Padahal, dalam pandangan Islam, murtad adalah kesalahan besar. Saat duduk di bangku SMP, saya sudah menamatkan satu Kitab berjudul Sullamut Tawfiq karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim. Kitab ini termasuk yang mendapatkan perhatian serius dari Imam Nawawi al-Bantani, sehingga beliau memberikan syarah atas kitab yang biasanya dipasangkan dengan Kitab Safinatun Najah. (www.insistnet.com) Murtad dari Islam adalah haram Bro en Sis, saya setuju dengan cara pandang Dr Adian Husaini dalam menyikapi film tersebut. Sebab, saat ini orang dengan mudah gonta-ganti agama atau bahkan tidak beragama sama sekali. Jika seseorang murtad alias keluar dari agama Islam (kasusnya bisa pindah ke agama lain atau memilih tidak beragama) maka dihukumi haram dan jika diperingatkan tidak mau, negara berhak membunuhnya agar orang lain tidak mencontoh perbuatan murtad orang tersebut. Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Ikrimah yang berkata, “Dihadapkan kepada Amirul Mukminin ‘Ali ra orang-orang zindiq, kemudian beliau ra membakar mereka. Hal ini disampaikan kepada ‘Ibnu ‘Abbas dan ia berkata, “Seandainya aku (yang menghukum), maka aku tidak akan membakarnya karena larangan dari Rasulullah saw. dimana beliau bersabda: “Janganlah kalian mengadzab (menghukum) dengan ‘adzabnya Allah.” Dan aku (Ibnu ‘Abbas) akan membunuhnya, berdasarkan sabda Rasulullah saw., “Barangsiapa mengganti agamanya (murtad), maka bunuhlah dia.” Membunuh laki-laki yang murtad berdasarkan dzahir hadis tersebut. Sedangkan membunuh wanita yang murtad berdasarkan keumuman hadis. Sebab Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa mengganti (agamanya)”. Sedangkan lafadz “man” termasuk lafadz umum. Juga diriwayatkan oleh Daruquthniy dan Baihaqiy dari Jabir, “Bahwa Ummu Marwan telah murtad. Rasulullah saw. memerintahkan untuk menasihatinya agar ia kembali kepada Islam. Jika ia bertaubat (maka dibiarkan), bila ia tidak, maka dibunuh.” (Abdurrahman al-Maliki, Sistem Sanksi dalam Islam, hlm. 128-129) Kalo sekarang gimana? Kan nggak ada negara Islam? Ya, tidak boleh ada yang menghukumya dengan cara seperti itu. Tetapi mereka akan RUGI di akhirat jika ketika mati masih kafir. Why? Karena akan diazab oleh Allah Swt. sesuai dengan firmanNya (yang artinya): “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 217) Ih, naudzubillah min dzalik ya. Jangan sampe gara-gara nonton film itu kamu jadi murtad. Nggak banget lah! Ok deh Bro en Sis, kita kudu kuatin iman kita kepada Allah Swt. Sebagai muslim kita nggak boleh (bahkan haram) untuk menjadi liberal alias tidak mau taat kepada aturan Allah Swt. dan RasulNya. Apalagi jika menjadi kafir. Jadi, yuk kita giat perdalam ajaran Islam, lalu pahami dan amalkan agar keimanan kita kian kokoh tak tergoyahkan. Insya Allah. [solihin: osolihin@gaulislam.com]

Sumber : GaulIslam

Senin, 18 April 2011

Hello,

hello

ini adalah blog saya, saya baru di dunia blog mohon kerja samanya..........:)